So this prompt is held by BacaKlasik,
and must be written in Bahasa. For my international readers, I will
provide the English version of my writing as well, below the review
in Bahasa. This month, we will read a lot of classic short stories
from all around the world (hopefully) and blog about it.
In Bahasa
Cerita pendek karangan penulis dan
filsuf Rusia kenamaan Leo Tolstoy yang akan saya bahas kali ini
adalah “Two Old Men (Dua Pria Tua)”. Cerita ini mengisahkan
perjalanan ziarah dua orang pria Rusia ke tanah suci di Timur Tengah.
Kisah yang sederhana namun indah ini mengingatkan kita arti ibadat
yang sesungguhnya.
Alkisah ada dua orang pria, Efim dan
Elisha. Keduanya bersumpah untuk mengadakan ziarah ke tanah suci
suatu hari nanti. Keduanya membuat persiapan yang matang, namun
Elisha memiliki tekad yang kuat untuk pergi, bahkan siap membuat
pengorbanan untuk itu, sementara Efim tampak agak menunda-nunda.
Begitu banyak hal mengisi kepalanya.
Namun akhirnya, mereka pergi juga. Di
jalan, Elisha secara tidak sengaja menemukan sebuah keluarga yang
berada di ambang kematian akibat kemiskinan. Mereka kelaparan sampai
tidak memiliki tenaga untuk bekerja. Karena kasihan, Elisha pun
membelikan makanan untuk mereka, dan bahkan memastikan bahwa mereka
akan punya pekerjaan dan sumber penghasilan sepeninggalnya ia.
Tetapi, apa yang ia lakukan menghabiskan waktu serta uangnya,
sehingga ia tidak bisa melanjutkan perjalanannya. Ia pun pulang,
namun dengan hati yang tenang.
Di lain pihak, Efim meneruskan
perjalanan dan akhirnya berziarah. Di tanah suci, ia tiga kali
melihat Elisha, namun tidak benar-benar bertemu dengan temannya itu.
Di perjalanan pulang, ia masuk ke gubuk tempat keluarga yang ditolong
Elisha tinggal, dan mengetahui apa yang terjadi. Ia pun sadar bahwa
ibadat yang sesungguhnya bukanlah sekadar mengunjungi tempat suci,
namun mengamalkan perintah Tuhan.
Cerita ini sebenarnya sangat sederhana,
bahkan bisa dikonsumsi anak-anak, namun mengandung pelajaran moral
yang berharga. Ibadat ritual yang kita lakukan akan sia-sia tanpa
praktek. Kebaikan yang kita tunjukkan kepada orang lain merupakan
salah satu bentuk ibadat kita juga pada Allah.
In English:
It's a wonderful, wonderful short
story, both simple and deep. It's about two men going on a pilgrimage
to the Holy Land: Efim and Elisha. One of them is rich, and has many
things to worry about, while the other is not so rich, but has less
to think about, and is more determined to go as soon as possible. The
latter doesn't mind making sacrifices to fulfill his oath to God, and
after convincing his friend to set out, they both start the journey.
On the journey Elisha meets a family so
poor and miserable. They are starving and have nothing to eat.
Moreover, they don't have any energy left. They are just waiting for
death. Moved in heart, Elisha takes care of teh family, even gives
them the means to have a life once more. Doing so, Elisha spends all
his money and cancels his journey. He goes home instead, a bit
disappointed, but with peace of mind.
Efim, on the other hand, continues his
journey, and does what he wants to do. There he thinks he sees
Elisha, three times, in the Holy Land, but he can't meet him. On the
journey home, he stays the night at the house where the family that
Elisha helped lives. He learns that his friend cancels his journey on
an honourable ground, and realises that Elisha is the one that does
the pilgrimage better.
The story highlights that the real
worship to God isn't the visible rituals that we do every period of
time, but the effect of our faith in our lives. Does it make us
better persons? The kindness we show to people around us is also a
form of our worship to God.
Menarik ya, duluuu sekali pernah baca Tolstoy tapi berhenti karena ga 'nyampe' bahasanya.. sekarang mau coba lagi :)
ReplyDeleteSaya juga ga pernah paca Tolstoy yang panjang-panjang. Sastra Rusia memang agak susah dipahami sepertinya. Tapi cerita pendeknya bagus-bagus kok. Selamat mencoba.
DeleteAku baca ini dari kumcer terbitan Serambi, dan terus terang semua kumcer yg ada di situ bagus semuanya dalam maknanya.
ReplyDelete